Text
Identifikasi faktor-faktor pengaruh fragmentasi "cultural landscape" lahan penyangga pertanian
Sawah atau tambak merupakan salah satu bentuk "cultural landscape" atau dalam istilah konvensi ramsar sebagai "artificial wetland" yang telah menjadi suatu bentuk ekosistem. Ekosistem ini sudah semakin terdesak akibat konversi lahan. Konversi lahan pertanian pada umumnya terjadi di lahan pertanian subur dan memiliki saluran irigasi teknis yang baik dirubah menjadi permukiman, industri dan infrastruktur. Konsdisi ini apabila terus berlangsung maka kebijakan pemerintahan untuk mempertahankan lahan produktif sebagai tempat untuk produksi pangan nasional menjadi masalah yang serius. Selain itu ekosistem lahan basah luasnya hanya sebesar 21% dari luas daratan indonesia akan terganggu fungsi ekologisnya. Oleh karena itu diperlukan pengembangan penelitian untuk mempelajari tingkat fragmentasi ekositem lahan basah di indonesia, melalui pengembangan framework berbasis analisis citra satelit multi temporal. Oleh karena itu, peneliti melakukan kajian tentang perkembangan pemukiman pada ekosistem "cultural landascape" dengan studi kasus kawasan sidoarjo, provinsi jawa timur dan kabupaten serang, provinsi banten. Kajian ini meliputi teknik-teknik analisis spasial yang terintegrasi dengan sistem informasi geografis yang dapat memberikan gambaran mengenai tingkat dan pola konversi lahan pertanian pada periode dua dasawarsa terakhir yaitu antara tahun 1985-2005. Pada tahap ini penelitian lebih ditekankan pada analisis data spasial yang telah tersedia yaitu data AMS, JOG, RBI94, dan peta penutup lahan tahun 2003. Dalam penelitian ini juga melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses fragmentasi lahan penyangga pertanian berdasarkan kajian deskriptif analitik
BK20230203008 | Buku.Karya 2023/492.02 SUP i | Perpustakaan BIG | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain