Text
Dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan di jawa barat
Berdasrkan data dari Global Precipitation Climatology Centre (GPCC) telah dilakukan analisis rata-rata curah hujan tiao 30 tahunan menunjukkan bahwa pola curah hujan dijawa barat selama 90 tahun (1901-1990) tidak mengalami perubahan yang nyata, akan tetapi dalam dua dekade terakhir (1991-2007) terjadi perubahan yang cukup berarti, terlihat awal musim kering bergeser ke bulan juli yang sebelumnya bulan juni dan akhir musim kering bergeser kebulan november. Curah hujan sebelum September sampai desember juga lebih rendah dari tara-rata 90 tahun sebelumnya,sedangkan rata-rata curah hujan bulan april-juni lebih tinggi dari rata 90 tahun sebelumnya
Data temperatur memperlihatkan bahwa rata-rata tahun 1901 sampai 1960 hanya sedikit mengalami kenaikan (sekitar.0.1-0.2 C) akan tetapi antara tahun 1961-tahun 1990 terjadi kenaikan temperatur yang cukup nyata terutama pada bulan april samapi november,yaitu sekitar 0.6 sampai 0.8 C, dan antara tahun 1991 sampai tahun 2000 terjadi kenaikan temperatur rata-rata sekitar 0.2 sampai 0.4 C. Temperatur maksimum mengalami kenaikan yang sangat nyata yaitu antara 0.5 sampai 1 C data jumlah hari kering dan data aliran sungai tidak menunjukan perubahan yang berarti. Menurut data wet days jumlah hari hujan pada priode 1991-2000 lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan data aliran sungai citarum (nanjung) dan cimanuk (wado), spesifik discharge mencerminkan pengaruh degradasi lingkungan lebih berpengaruh darib pada perubahan curah hujan. Menurut hasil penelitian para ahli peningkatan suhu 1 C akan menurunkan produksi pada sebesar 0,6 ton/ ha (sheehy et al, 2005 dalam irsal las et al, 2008). Berdasarkan kenaikan suhu 0,4 C dari tahun 1991-2000 dan kemungkinan mencapai 1 C pada tahun-tahun berikutnya, ada potensi penurunan produksi pada di jawa barat sebesar kurang lebih 0,6 ton/Ha per tahun
BK20230203036 | 363.73874 SUR d | Perpustakaan BIG (Buku Karya) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain